BAB
5 Kemiskinan dan Kesenjangan
1.
Konsep dan Definisi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tak kunjung reda.Dari beberapa generasi pemerintahan, mulai dari masa orde lama, orde baru, dan sekarang masa reformasi belum juga membawa rakyat Indonesia untuk bebas dari kemiskinan, perlindungan hukum serta Hak Asasi dan korupsi dimana-mana.
pemerintah untuk membuat masyarakat yang adil dan makmur semakin jauh dari harapan.Ini karena dari tahun ke tahun pertumbuhan banyak nya penduduk semakin meningkat.
Pemerintah melaksanakan pembangunan nasional, tetapi belum semuanya dapat terlaksana. faktor pemicunya adalah semakin banyaknya penduduk indonesia yang miskin dan terlantar.
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tak kunjung reda.Dari beberapa generasi pemerintahan, mulai dari masa orde lama, orde baru, dan sekarang masa reformasi belum juga membawa rakyat Indonesia untuk bebas dari kemiskinan, perlindungan hukum serta Hak Asasi dan korupsi dimana-mana.
pemerintah untuk membuat masyarakat yang adil dan makmur semakin jauh dari harapan.Ini karena dari tahun ke tahun pertumbuhan banyak nya penduduk semakin meningkat.
Pemerintah melaksanakan pembangunan nasional, tetapi belum semuanya dapat terlaksana. faktor pemicunya adalah semakin banyaknya penduduk indonesia yang miskin dan terlantar.
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
2.
Garis kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas
kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup
yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum
masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan)
lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam
kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat
digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan
sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan
dan asuransi
pengangguran untuk
menanggulangi kemiskinan.
(sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan)
3.
Penyebab dan dampak kemiskinan
a.
Penyebab :
·
Tingkat
pendidikan yang rendah.
·
Produktivitas tenaga kerja rendah
·
tingkat
upah yang rencah
·
distribusi pendapatan yang timpang
·
kesempatan
kerja yang kurang
·
kualitas
sumberdaya alam masih rendah
·
penggunaan
teknologi masih kurang
·
etos
kerja dan motivasi pekerja yang rendah
·
kultur/budaya
(tradisi)
·
politik
yang belum stabil
b.
Dampak :
· Kriminalitas, semakin banyak orang
miskin maka semakin banyak pula kemiskinan yang terjadi. Masuk akal bila
seorang kepala rumah tangga menghalakan segala cara untuk menghidupi
keluarganya yang kelaparan.
· Urbanisasi, Orang berpikir bahwa tinggal
di kota besar akan mendatangkan penghasilan besar. Tapi semakin
banyak orang yang datang ke kota besar maka lapangan pekerjaan yang
tersedia juga akan semakin sedikit. Dan hal ini malahan akan memperparah
tingkat pengagguran.
· Bunuh diri, banyak orang yang putus asa
karena tidak sanggup menghadapi kemiskinan, sehingga mengambil jalan pintas.
(sumber :
http://alifapaadanya.blogspot.com/2013/04/penyebab-kemiskinan-di-indonesia-serta.html)
4.
Pertumbuhan,
kesenjangan dan Kemiskinan
Data
1970 – 1980 menunjukkan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi.Semakin tinggi pertumbuhan PDB/pendapatan
perkapita, semakin besar perbedaan sikaya dengan simiskin.
Dengan
data cross sectional (antara negara) dan time series, Simon Kuznets menemnukan
bahwa relasi kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita berbentuk
U terbalik.
Hipotesis
Kuznets: Pada tahap awal pembangunan tingkat kemiskinan meningkat dan pada
tahap akhir pembangunan tingkat kemiskinan menurun.
Studi
empiris di LDC’s menunjukkan ada korelasi yang kuat antara pertumbuhan ekonomi
dengan kemiskinan. Studi lain menunjukkan bahwa kemiskinan berkorelasi dengan
pertumbuhan output (PDB) atau Pendapatan nasional baik secara agregat maupun
disektor-sektor ekonomi secara individu.
(sumber: http://tamaliah16.blogspot.com/2011/04/kemiskinan-dan-kesenjangan-tugas.html)
3. Beberapa Indikator kesenjangan dan Kemiskinan
1. Indikator Kesenjangan Ada
sejumlah cara untuk mrngukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan
yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic
dominance.
Yang sering
digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga
alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan
koefisien gini. Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai
koefisien gini berada pada selang 0 sampai dengan 1.
2. Indikator Kemiskinan Batas garis
kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda.
Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk
memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994).
4. Faktor faktor penyeab kemiskinan
penyebab kemisinan di indonesia
karena dimensi sosial, budaya, dan politik di negara ini banya swastanisasi
perusahaan perusahaan yang mengasilkan produk yang menuasai hajat orang banyak. Di kalangan
negara berkembang yang termiskin, swastanisasi ternyata menimbulkan dampak
negatif dalam distribusi pendapatan, yakni memperlebar kesenjangan
kesejahteraan antara si miskin dan si kaya lalu faktor yg lain angka ketimpangan di Indonesia diukur dari angka
pengeluaran rumah tangga, bukan angka pendapatan.
Para petani juga senantiasa
tertindas oleh kerakusan para pembeli beras. Untuk menanam padi, banyak di
antara mereka meminjam uang, biasanya kepada rentenir.
dan Pinjaman luar negeri pada masa Orde
Baru turut menjadi penyebab kemiskinan yang ada sekarang ini.
(sumber :
http://tamaliah16.blogspot.com/2011/04/kemiskinan-dan-kesenjangan-tugas.html)
5. Kebijakan Antikemiskinan
Strategi oleh pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan:
a)
Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil dan ekonomi
pedesaan
b)
Jangka menengah dan panjang mencakup:
·
Pembangunan dan penguatan sector swasta
·
Kerjasama regional
·
Manajemen APBN dan administrasi
·
Desentralisasi
·
Pendidikan dan kesehatan
·
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
·
Pembagian tanah pertanian yang merata
1. tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu
dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
Negara. Merupakan pengertian dari…
a.
garis kehidupan
b.
garis kemiskinan*
c.
garis kekayaan
d.
garis kematian
2. berikut ini merupakan penyebab kemiskinan, kecuali…
a. politik yang stabil*
b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Produktivitas tenaga kerja rendah
d. distribusi pendapatan yang timpang
3. berikut ini merupakan dampak kemiskinan, kecuali…
a. urbanisasi
b. kriminalitas
c. transimgrasi*
d. bunuh diri
4. membangun sector
pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan merupakan kebijakan antikemiskinan
jangka…
a.
panjang
b.
pendek*
c.
menengah
d.
a dan c benar
5. Desentralisasi
merupakan antikemiskinan jarak…
a.
Panjang
b.
Pendek
c.
Menengah
d.
A dan c benar*
BAB
6 Pembangunan Ekonomi Daerah dan Otonomi Daerah
1.
UUD
Otonomi Daerah
Otonomi daerah
merupakan implementasi dari ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945) yang menyebutkan otonomi daerah sebagai bagian dari sistem tata
negara Indonesia dan pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Ketentuan mengenai
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia tercantum dalam pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah
propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang Dasar
1945 memerintahkan pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai
susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas
menjadi payung hukum bagi pembentukan UU otonomi daerah di Indonesia,
sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan lain yang
tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di Indonesia
dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada tahun 1999 UU
otonomi daerah mulai diberlakukan. Pada tahap awal pelaksanaannya, otonomi
daerah di Indonesia mulai diberlakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Setelah diberlakukannya UU ini, terjadi
perubahan yang besar terhadap struktur dan tata laksana pemerintahan di
daerah-daerah di Indonesia.
(sumber : http://otonomidaerah.com/uu-otonomi-daerah/)
2.
Perubahan
Penerimaan Daerah dan Peranan Pendapatan Asli Daerah
Perubahan atas pendapatan, terutama PAD bisa saja
berlatarbelakang perilaku oportunisme para pembuat keputusan, khususnya
birokrasai di SKPD dan SKPKD. Namun, tak jarang perubahan APBD juga memuat
preferensi politik para politisi di parlemen daerah (DPRD). Anggaran pendapatan
akan direvisi dalam tahun anggaran yang sedang berjalan karena beberapa sebab,
diantaranya karena (a) tidak terprediksinya sumber penerimaan baru pada
saat penyusunan anggaran, (b) perubahan kebijakan tentang pajak dan
retribusi daerah, dan (c) penyesuaian target berdasarkan perkembangan
terkini.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan mengapa
perubahan atas anggaran pendapatan terjadi, di antaranya:
·
Target
pendapatan dalam APBD underestimated (dianggarkan terlalu rendah).
·
Alasan
penentuan target PAD oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik moral hazard yang
dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan
adalah sebagai budget minimizer.
·
Jika dalam
APBD “murni” target PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam
APBD Perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran
yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P.
Kebijakan
keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sebagai
sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan
pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan
asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau
dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan
perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai
alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan
rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang
dikehendaki setiap daerah. (Mamesa, 1995:30)
Sebagaimana
telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam hal ini pendapatan
asli daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah pada
Kenyataannya belum cukup memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini
mengharuskan pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah
terutama sumber pendapatan asli daerah.
Pendapatan
Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan
UU No.33 Tahun 2004).
3.
Pembangunan
Ekonomi Regional
Pembangunan ekonomi daerah
adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
(Lincolin Arsyad, 1999).
Tujuan utama dari usaha-usaha
pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,
harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan
dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Masalah pokok dalam pembangunan
daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan
yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan
potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal
(daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk mencipatakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah
mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah
dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah berserta pertisipasi masyarakatnya
dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir
potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah.
Pembangunan ekonomi nasional
sejak PELITA I memang telah memberi hasil positif bila dilihat pada tingkat
makro. Tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per kapita mengalami
peningkatan dari hanya sekitar US$50 pada pertengahan dekade 1960-an menjadi
lebih dari US$1.000 pada pertengahan dekade 1990-an. Namun dilihat pada tingkat
meso dan mikro, pembangunan selama masa pemerintahan orde baru telah
menciptakan suatu kesenjangan yang besar, baik dalam bentuk personal income,
distribution, maupun dalam bentuk kesenjangan ekonomi atau pendapatan
antar daerah atau provinsi. (sumber : http://tugas-akuntansi.blogspot.com/2012/02/pembangunan-ekonomi-daerah.html)
4. Faktor Penyebab Ketimpangan
Secara umum faktor-faktor utama
penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia diuraikan
sebagai berikut :
1. Konsentrasi
kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari
daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomoi tinggi cenderung tumbuh pesat,
sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi ekonomi rendah akan cenderung
mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Ada dua
(2) masalah utama dalam pembangunan ekonomi nasional selama ini. Yaitu :
terutama Jawa, dengan berbagai alasan ekonomis maupun politis atau strategis.
Dua, yang dimaksud dengan efek menetes ke bawah tersebut tidak terjadi atau
prosesnya lambat. Hal terakhir ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1. Sebagian
besar input untuk berproduksi di impor dari luar, bukanya di supali dari dari
daerah. Oleh karena itu, keterkaitan produksi ke belakang atau keterkaitan
produksi antara industry hilir (downstream industry) di Jawa dan industry hulu
(upstream industry) di luar Jawa sangat lemah.
2. Sektor-sektor
primer di daerah-daerah luar Jawa melakukan ekspor tanpa memprosesnya terlebih
dahulu untuk mendapatkan nilai mendapatkan nilai tambah atau kalau memprosesnya
terlebih dahulu di pulau Jawa sehingga Jawa yang menikmati nilai tambahnya.
3. Kegiatan
ekspor yang bersumber dari daeah di luar Jawa (baik primer maupun dari industry
hulu atau midstream industry) pada hasil ekspor lebih banyak dinikmati oleh
Jawa.
Jadi, kurang berkembangnya sector
industry manufaktur di luar Jawa merupakan salah satu penyebab kesenjagan
ekonomi antar Jawa dan wilayah di luar Jawa. Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan sebagian besar industry penting di Indonesia, dalam arti
kontriusinya yang besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB dan
kesempatan kerja, tidak berada di luar Jawa karena keterbatasan-keterbatasan di
kawasan tersebut, seperti pasar local kecil, infrastruktur terbatas, dan kurang
sumber daya manusia; walaupun banyak provinsi di wilayah tersebut, seperti DI
Aceh, Riau, Kalimantan, dan Irian Jaya, memiliki sumber daya yang cukup.
2. Alokasi
Investasi
Indikator
lain yang juga menunjukkan pola serupa seperti pola distribusi nilai tambah
(NT) industry antar provinsi adalah distribusi investasi langsung, baik yang
bersumber dari luar negeri (penanaman modal asing-PMA) maupun dari dalam negeri
(penanaman modal dalam negeri-PMDN). Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari
Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat investasi
dan laju pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa kurangnya investasi di
suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per
kapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi
yang produktif, seperti industry manufaktur.
3. Tingkat
Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah
Kurang lancarnya
mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan capital, antar provinsi
juga merupakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Dasar teorinya adalah
sebagai berikut. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar provinsi membuat
terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita antar provinsi sejak
perbedaan tersebut, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan iput bebas
(tanpa distorsi yang direkayasa, misalnya sebagai akibat dari suatu kebijakan
pemerintah), mempenagruhi mobilitas atau re alokasi faktor produksi antar
provinsi. Sesuai teori dari A. Lewis yang dengan unlimited supply of
labor, jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka
pada akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan
semua daerah akan lebih baik (dalam pengertian Pareto optimal: semua daerah
mengalami better off).
4. Perbedaan
Sumber Daya Alam (SDA) Antar Provinsi
Dasar
pemikiran “klasik” sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang
kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alamnya. Dalam arti sumber daya
harus dilihat hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, yang selanjutnya
harus dikembangkan terus. Untuk maksud ini diperlukan faktoro-faktor lain,
diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia.
Jadi,
dengan semakin pentingnya penguasaan teknologi dan peningkatan sumber daya
manusia, faktor endowments lambat laun akan tidak relevan lagi. Bukti menunjukkan
bahwa Negara-negara naju di Asia Tenggara dan Timur, seperti, Jepang, Korea
Selatan, Taiwan , dan Singapura, adalah Negara-negara yang sangat miskin sumber
daya alam. Pengalaman mereka menujukkan bahwa faktor-faktor di luar sumber daya
alam jauh lebih penting dalam menentukan maju tidaknya pembangunan ekonomi di
suatu wilayah.
5. Perbedaan
Kondisi Demografis Antar Wilayah
Ketimpangan
ekonomi regional di Indonesia, disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis
antar provinsi, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat
kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja.
Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk
yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor
pendorong bagi pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran,
jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesejahteraan yang baik,
disiplin yang tinggi, dan etos kerja yang tinggi merupakan asset penting bagi
produksi.
6. Kurang
Lancarnya Perdagangan Antar Provinsi
Kurang
lancarnya perdagangan antar daerah (intra-regional trade) juga merupakan unsure
yang turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia.
Ketidaklancaran tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi dan
komunikasi. Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang modal,
input perantara, bahan baku, material-material lainnya untuk produksi, dan
jasa. Jadi, tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah pembangunan
dan pertumuhan ekonomi suatu provinsi lewat sisi permintaan dan sisi penawaran.
Dari sisi permintaan, kelangkaan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi
permintaan pasar terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi local yang sifatnya
komplementer dengan barang dan jasa tersebut (misalnya antara pembelian motor
yang diimpor dari provinsi lain dan permintaan terhadap topi pengaman (helm)
yang diproduksi local) atau yang sifatnya pendukung (misalnya bengkel atau jasa
reparasi motor). Sedangkan dari sisi penawaran, sulitnya mendapatkan barang
modal, seperti mesin dan alat-alat transportasi, input perantara, dan bahan
baku atau material lainnya, dapat menyebabkan kegiatan ekonomi di suatu provinsi
lumpuh atau tidak beroperasi secara optimal, yang selanjutnya berarti
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita provinsi tersebut rendah
5.
Pembangunan
Indonesia Bagian Timur
·
Kasus
Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Hasil
pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa
walaupun secara nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun
tinggi namun pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah
menimbulkan suatu ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia
bagian barat dan indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan
ekonomi dan sosial, indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan
indonesia bagian barat.
Tahun 2001
merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan secara
serentak diseluruh wilayah indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah diharapakan
dapat menjadi suatu langkah awal yang dapat mendorong proses pembangunan
ekonomi di indonesia bagian timur yang jauh lebih baik dibanding pada masa orde
baru. Hanya saja keberhasilan pembangunan ekonomi indonesia bagian timur sangat
ditentukan oleh kondisi internal yang ada, yakni berupa sejumlah keunggunlan
atau kekeuatan dan kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.
·
Keunggulan wilayah Indonesia Bagian Timur
Keunggulan
atau kekeuatan yang dimiliki Indonesia bagian timur adalah sebagai berikut:
1. Kekayaan sumber daya alam
2. Posisi geografis yang strategis
3. Potensi lahan pertanian yang cukup luas
4. Potensi sumber daya manusia
Sebenarnya
dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki indonesia bagian timur tersebut,
kawasan ini sudah lama harus menjadi suatu wilayah di Indonesia dimana
masyarakatnya makmur dan memiliki sektor pertanian, sektor pertambangan, dan
sektor industri manufaktur yang sangat kuat. Namun selama ini kekayaan tersebut
disatu pihak tidak digunakan secara optimal dan dipihak lain kekayaan tersebut
dieksploitasi oleh pihak luar yang tidak memberi keuntungan ekonomi yang
berarti bagi indonesia bagian timur itu sendiri.
·
Kelemahan
Wilayah Indonesia Bagian Timur
Indonesia
bagian timur juga memiliki bagian kelemahan yang membutuhkan sejumlah tindakan
pembenahan dan perbaikan. Kalau tidak, kelemahan-kelemahan tersebut akan
menciptakan ancaman bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di kawasan tersebut.
Kelemahan yang dimiliki Indonesia bagian timur diantaranya adalah:
1. Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah
2. Keterbatasan sarana infrastruktur
3. Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah
6.
Teori dan analisis pembangunan daerah
Ada sejumlah
teori yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan
ekonomi antardaerah diantaranya yang umum di gunakan adalah teori basis
ekonomi,teori lokasi dan teori daya tarik industri.
1. Teori
pembangunan ekonomi daerah
a. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu
utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
b. Teori lokasi
Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan
atau pengembangan kawasan industri di suatu dareah. Inti pemikiran dari teori
ini didasarkan pada sifat rasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan
setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin oleh karena itu , pengusaha akan
memilih lokasi usaha yang memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan
biaya usaha atau produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku
dan pasar.
c. Teori daya tarik industry
Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia
sering di pertanyakan. Jenis – jenis industri apa saja yang tepat untuk
dikembangkan (diunggulkan) ? Ini adalah masalah membangun fortofolio industri
suatu daerah.
2. Model analisis pembangunan daerah
Selain teori-teori di atas, ada beberapa metode yang
umum digunakan untuk menganalisi posisi relative ekonomi suatu daerah; salah
satu di antaranya adalah metode analisis shift-share (SS), location questitens,
angka pengganda pendapatan , analisis input output (i-o) ,dan model perumbuhan
Harold-domar. Berikut adalah sebagian penjelasan dari model analisis dalam
pembagunaan daerah.
a. Analisis SS
Dengan pendekatan analisis ini ,dapat di analisis
kinerja perekonomian suatu daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang
lebih besar ( nasional).
b. Location Quotients (LQ)
Yaitu untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan
ekonomi atau sector di suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya adalah
perekonomian daerah tersebut dengan peranan dari kegiatan ekonomi atau sektor
yang sampai di tingkat yang sama.
c. Angka Pengganda Pendapatan
Metode ini umum digunakan untuk mengukur potensi
kenaikan pendapatan suatu daerah dari suatu kegiatan ekonomi yang baru atau
peningkatan output dari suatu sektor di daerah tersebut.
d. Analisis Input-Output (I-O)
Analisis I-O merupakan salah satu metode analisis yang
sering digunakan untuk mengukur perekonomian suatu daerah dengan melihat
keterkaitan antarsektor dalam usaha memahami kompleksitas perekonomian daerah
tersebut, serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
antara AS dan AD.
1. implementasi dari ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyebutkan otonomi
daerah sebagai bagian dari sistem tata negara Indonesia dan pelaksanaan
pemerintahan di Indonesia merupakan pengertian dari…
a.
otonomi
daerah*
b.
peraturan
daerah
c.
UUD
1945
d.
Peraturan
pemerintah
2. Dibawah ini merupakan penyebab Anggaran
pendapatan akan direvisi dalam tahun anggaran yang sedang berjalan, kecuali...
a. tidak terprediksinya sumber
penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran
b. perubahan kebijakan tentang pajak dan retribusi
daerah
c. penyesuaian
target berdasarkan perkembangan terkini
d. a, b, dan c salah*
3. beberapa
kondisi yang menyebabkan mengapa perubahan atas anggaran pendapatan terjadi,
kecuali…
a. Target
pendapatan dalam APBD underestimated (dianggarkan terlalu rendah).
b. Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapat
dipahami sebagai praktik moral hazard yang dilakukan agency yang
dalam konteks pendapatan adalah sebagai budget minimizer.
c. a dan b salah
d. Jika dalam APBD “murni” target
PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam APBD Perubahan untuk
kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran yang baru untuk
belanja kegiatan dalam APBD-P.
4. Keunggulan atau kekeuatan yang dimiliki
Indonesia bagian timur adalah sebagai berikut, kecuali..
a. Kekayaan sumber daya alam
b. Kekayaan sumber daya manusia
c. Kekayaan industry*
d. Posisi geografis yang strategis
5. Kelemahan
Wilayah Indonesia Bagian Timur, kecuali…
a.
Keterbatasan
sarana infrastruktur
b.
Kapasitas
kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah
c.
Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan masih rendah
d.
Potensi
lahan pertanian yang cukup luas*
BAB 7 Sektor Pertanian
1.
Sektor Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian sebagai salah satu sektor pendukung perekonomian Indonesia merupakan sektor yang relative lebih tahan dan lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi dibandingkan sektorsektor lainnya karena lebih mengandalkan pemanfaatan sumberdaya domestik daripada komponen impor.
Sektor pertanian sebagai salah satu sektor pendukung perekonomian Indonesia merupakan sektor yang relative lebih tahan dan lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi dibandingkan sektorsektor lainnya karena lebih mengandalkan pemanfaatan sumberdaya domestik daripada komponen impor.
Berdasarkan IT dan IB tersebut
diperoleh nilai tukar petani (NTP) untuk bulan Januari 2003. NTP Provinsi Jawa
Barat dan DI. Yogyakarta masingmasing naik menjadi 134,13 persen dan 131,00
persen. Sedangkan NTP Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun menjadi
124,81 persen dan 118,25 persen.
(sumber : http://tamaliah16.blogspot.com/2011/04/sektor-pertanian-tugas-softskill.html)
(sumber : http://tamaliah16.blogspot.com/2011/04/sektor-pertanian-tugas-softskill.html)
2.
Nilai
tukar petani
a.
Pengertian
umum :
·
NTP
merupakan indikator proxy kesejahteraan petani
·
NTP
merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan
Indeks harga yg dibayar petani (Ib).
b. Arti Angka NTP :
·
NTP
> 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar
dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari
pengeluarannya.
·
NTP
= 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya
sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani
sama dengan pengeluarannya.
·
NTP<
100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani
turun, lebih kecil dari pengeluarannya.
c.
Kegunaan
dan Manfaat
·
Dari Indeks Harga Yang Diterima
Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan
petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan
pendapatan sektor pertanian.
·
Dari Indeks Harga Yang Dibayar
Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh
petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta
fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
·
NTP mempunyai kegunaan untuk
mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang
dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
·
Angka NTP menunjukkan tingkat daya
saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya
produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.
d.
Cakupan Komoditas
·
Sub Sektor Tanaman Pangan seperti:
padi, palawija
·
Sub Sektor Hortikultura seperti :
Sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias & tanaman obat-obatan
·
Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat
(TPR) seperti: kelapa, kopi robusta, cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan.
Jumlah komoditas ini juga bervariasi antara daerah
·
Sub Sektor Peternakan seperti :
ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi, dll), unggas
(ayam, itik, dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll)
·
Sub Sektor Perikanan, baik perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya.
3.
Investasi
disektor Pertanian
Investasi di sector pertanian
tergantung :
·
Laju
pertumbuhan output
·
Tingkat daya saing global komoditi
pertanian
Investasi:
·
Langsungè Membeli mesin
·
Tdk
Langsungè Penelitian
& Pengembangan
Hasil penelitian:
·
Supranto
(1998)è laju
pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir
kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih
kecil di sektor pertanian.
Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri
manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
2.735
|
4.545
|
7.128
|
15.284
|
Manufaktur
|
24.032
|
31.922
|
43.342
|
59.218
|
·
Simatupang (1995)è kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non
pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18 Kredit Perbankan
di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
Pertanian
|
7.846
|
8.956
|
9.841
|
11.010
|
Manufaktur
|
11.346
|
13.004
|
15.324
|
15.102
|
Penurunan ini
disebabkan ROI sector pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.
(sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0CD4QFjAF&url=http%3A%2F%2Fkuswanto.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F19899%2F6-PERKEMBANGAN%2BSEKTOR%2BPERTANIAN.doc&ei=T9ZEVeeDJYKKuwSH-oG4Bg&usg=AFQjCNF2u2iwn0jZaFn0evwuU-4OOmqUwA&bvm=bv.92291466,d.c2E)
4.
Keterkaitan Pertanian dengan
Industri Manufaktur
Salah
satu penyebab krisis ekonomi adalah kesalahan industrialisasi yang tidak
berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian
positive walaupun kecil, sedangkan industri manufaktur negative. Keterkaitan
pertanian dengan industri manufaktur sangat kuat. Hasil dari pertanian akan di
olah lagi menjadi bahan setengah jadi, untuk keperluan manusia. Tetapi
kenyataannya di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri
manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada
barang impor.
sehingga sangat sulit untuk memproduksi bahan setengah jadinya.
sehingga sangat sulit untuk memproduksi bahan setengah jadinya.
1. Apa arti NTP
> 100….
a. petani mengalami surplus*
b. petani mengalami impas
c. petani mengalami deficit
d. petani mengalami kebangkrutan
2.
apa
arti NTP=100…
a. petani mengalami surplus
b. petani mengalami impas*
c. petani megalami deficit
d. petani mengalami kebangkrutan
3.
apa
arti NTP<100…
a. petani mengalami surplus
b. petani mengalami impas
c. petani mengalami deficit*
d. petani mengalami kebangkrutan
4.
NTP
mempunyai kegunaan untuk…
a. mengukur kemampuan tukar produk yang
dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi
rumah tangga*
b. menunjukkan tingkat daya saing produk
pertanian dibandingkan dengan produk lain
c. menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan
d. sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian
5.
Salah satu penyebab krisis ekonomi
adalah…
a.
kessalahan pemerintah
b.
kesalahan masyarakat
c.
kesalahan industrialisasi yang tidak berbasis pertanian*
d. kesalahan lapangan pekerjaan
BAB 8 Industrialisasi di Indonesia
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah.
Hanya sebagian kecil
negara dengan jumlah penduduknya yang sedikit dan kekayaan minyakatau SDA yang
melimpah berharap mencapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi tanpa lewat
proses indusrtrialisasi atau pembangunan sektor industri yang kuat, tetapi
hanya mengandalkan minyak.
Pemerintah harus
memerlukan strategi yang kuat untuk memajukan industrialisasi di negara
kita.
agar kegunaan dan
tujuannya semakin berkembang di dalam masyarakat.
2. Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi
- kemampuan teknologi dan inovasi
- laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita
- keberadaan SDA di dalam negara
- kebijakan/strategi pemerintahan, misalnya tax holiday (pajak) atau bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
- Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
3. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
Nasional
Sejak krisis ekonomi dunia yang
terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional,
perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional,
khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik
peningkatannya.
Industri manufaktur masa depan
adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan
tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti
luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya
alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
4. Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih
terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1. Keterbatasan teknologi.
2. Kualitas Sumber daya Manusia.
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
Tetapi masalah perindustrian juga di karenakan oleh keterbatasan sumber daya alam yang di akbatkan oleh masyarakatnya sendiri.
dan pemerintah tidak memikirkan hal tersebut dan bergegas untuk mengatasinya.
5. Strategi Pembangunan Sektor Industri
1. Keterbatasan teknologi.
2. Kualitas Sumber daya Manusia.
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
Tetapi masalah perindustrian juga di karenakan oleh keterbatasan sumber daya alam yang di akbatkan oleh masyarakatnya sendiri.
dan pemerintah tidak memikirkan hal tersebut dan bergegas untuk mengatasinya.
5. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Startegi pelaksanaan industrialisasi
:
1.
Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang
dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah
Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
- Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
- Potensi permintaan dalam negeri memadai
- Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
- Kesempatan kerja menjadi luas
- Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang
2.
Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan
industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
- Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun output.
- Tingkat proteksi impor harus rendah.
- Nilai tukar harus realistis.
- Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
(sumber : http://tamaliah16.blogspot.com/2011/06/industrialisasi-tugas-softskill.html)
1. bidang matapencaharian
yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja merupakan pengertian dari…
a. industry*
b. pabrik
c. sector ekonomi
d. perdagangan
2. Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi, kecuali…
a.
kemampuan teknologi
dan inovasi
b.
laju pertumbuhan dan
tingkat pendapatan perkapita
c.
Kondisi dan struktur
awal ekonomi dalam negeri
d.
keadaan SDA di dalam
negeri*
3.
Keterbatasan teknologi, Kualitas
Sumber daya Manusia,Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor
swasta merupakan…
a.
permasalahan industrialisasi*
b.
permasalahan ekonomi
c.
permasalahan Negara
d.
permasalahan pemerintah
4. strategi subsitusi impor bertujuan sebagai…
a.
mengembangkan industri berorientasi
domestic yang dapat menggantikan produk impor*
b.
Beorientasi ke pasar internasional
dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan
bersaing
c.
Sebagai pendorong perkembangan
industri manufaktur dalam negeri
d.
untuk peningkatan ekspor
5.
startegi subtitusi eskpor bertujuan
sebagai…
a.
mengembangkan industri berorientasi
domestic yang dapat menggantikan produk impor
b.
Beorientasi ke pasar internasional
dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan
bersaing*
c.
Sebagai pendorong perkembangan
industri manufaktur dalam negeri
d.
untuk peningkatan ekspor